Showing posts with label Samurai. Show all posts
Showing posts with label Samurai. Show all posts
A. Sejarah
Naoe Kanetsugu adalah seorang bushi jaman Sengoku, jaman Azuchi-Momoyama hingga awal zaman Edo. Penasehat senior (karo) klan Uesugi. Kanetsugu dilahirkan tahun 1560 di provinsi Echigo sebagai putra pertama Higuchi Kanetoyo yang merupakan pengikut Nagao Masakage, dan ibu dari klan Izumi asal Shinshu. Ayah Kanetsugu disebut-sebut sebagai keturunan Higuchi Kanemitsu yang bekerja sebagai penasehat senior Minamoto no Yoshinaka (Kiso Yoshinaka). Setelah ayah Kagekatsu yang bernama Nagao Masakage wafat, Uesugi Kenshin menjadikan Uesugi Kagekatsu sebagai putra angkat. Kanetsugu merupakan teman sepermainan Kagekatsu, sehingga Sentō-in (ibu Kagekatsu sekaligus kakak perempuan Uesugi Kenshin) mengajak Kanetsugu untuk tinggal di Istana Kasugayama bersama anaknya. Pernyataan ini tidak didukung bukti-bukti kuat karena kurangnya catatan sejarah mengenai keadaan masa itu. Dalam buku sejarah Hankanfu (tahun 1702), ayah Kanetsugu justru ditulis sebagai tukang kayu bakar dan arang.


Penerus klan Naoe
Uesugi Kenshin wafat di tahun 1578, kekuasaan diwariskan kepada Uesugi Kagekatsu. Sampai bulan Agustus 1580, Higuchi Kanetsugu merupakan pendamping sekaligus perantara kalau ada pihak yang ingin berhubungan dengan Kagekatsu. Selanjutnya tanggal 15 Agustus 1580, Kanetsugu diangkat sebagai penulis Inhanjō (surat resmi) bagi Kagekatsu. 

Di tahun 1581, ketika Yamazaki Shūsen dan penasehat senior Kagekatsu bernama Naoe Nobutsuna sedang rapat di Istana Kasugayama, Mōri Hidehiro datang untuk membunuh Yamazaki Shūsen. Nobutsuna begitu terkejut dan membalas serangan Mōri Hidehiro dan berhasil melukai Hidehiro di bagian muka, tapi berakhir dengan terbunuhnya Nobutsuna di tangan Hidehiro. Naoe Nobutsuna merupakan kepala klan Naoe yang tidak memiliki putra pewaris, sehingga Kagekatsu yang tidak ingin garis keturunan klan Naoe terputus menjodohkan Kanetsugu dengan Osen no kata yang merupakan putri Naoe Kagetsuna dari klan Naoe. Pernikahan Kanetsugu dengan Osen no kata menjadikan Kanetsugu sebagai putra angkat keluarga Noe. Higuchi Kanetsugu lalu berganti nama menjadi Naoe Kanetsugu, dan diangkat sebagai pewaris klan Naoe. Selanjutnya, Kanetsugu yang dipasangkan dengan Kano Hideharu memulai tugas sebagai pejabat pemerintah.

Masa pemerintahan Toyotomi
Di tahun 1583, Kanetsugu diangkat sebagai penguasa provinsi Yamashiro (Yamashiro no Kami) dengan jabatan Jugoige. Sejak akhir tahun 1584 Kano Hideharu jatuh sakit, sehingga pemerintahan dalam negeri dan hubungan luar negeri hampir seluruhnya menjadi tanggung jawab Kanetsugu. Setelah Hideharu wafat, Kanetsugu bertugas seorang diri sampai di akhir hayatnya. 

Di tahun 1588, Toyotomi Hideyoshi menghadiahkan nama keluarga Toyotomi kepada Kanetsugu atas keberhasilannya menaklukkan Shibata Shigeie di tahun sebelumnya (1587). Secara berturut-turut Kanetsugu mencatat keberhasilan dalam tugasnya menaklukkan provinsi Sado di tahun 1589, dan menghancurkan klan Hōjō dalam Pertempuran Odawara (1590). Di tahun 1592, Kanetsugu ikut serta dalam invasi ke Joseon bersama Uesugi Kagekatsu.

Di tahun 1598, Toyotomi Hideyoshi menukar provinsi Echigo yang dimiliki Kagekatsu dengan wilayah Aizu (sekarang di Prefektur Fukushima) yang bernilai lebih tinggi (1.200.000 koku). Kanetsugu mendapat hadiah dari Hideyoshi berupa provinsi Dewa di Yonezawa senilai 60.000 koku termasuk tambahan prajurit sehingga total bernilai 300.000 koku.
Naoe Kanetsugu Armor
Pertempuran Sekigahara
Setelah Hideyoshi wafat tanggal 18 Agustus 1598, Tokugawa Ieyasu berusaha mengambil alih kepemimpinan. Kanetsugu merupakan teman dekat Ishida Mitsunari, sehingga Kanetsugu memutuskan untuk berada di pihak Ishida Mitsunari dan menjadi musuh Tokugawa Ieyasu. Pengikut setia klan Uesugi bernama Fujita Nobuyoshi tidak sependapat dengan Kanetsugu yang ingin menjadi lawan Ieyasu, dan mengusulkan perdamaian dengan klan Tokugawa. Usul berdamai dengan Ieyasu membuat murka Kanetsugu yang berakibat pada pengusiran Fujita Nobuyoshi. Kanetsugu juga berkali-kali menolak undangan Ieyasu untuk datang mengunjunginya di Kyoto. Ieyasu tidak senang dengan pembangkangan Kanetsugu dan melancarkan serangan ke Aizu yang dikenal sebagai Penaklukan Aizu. Peristiwa penyerangan ini menjadi sebab tidak langsung Pertempuran Sekigahara. 

Kanetsugu memimpin 30.000 prajurit elit untuk menyerbu ke Yamagata yang merupakan wilayah kekuasaan Mogami Yoshiaki. Penyerangan Kanetsugu berhasil menghancurkan berbagai posisi klan Mogami seperti Istana Hataya yang dipertahankan pengikut Yoshiaki yang bernama Eguchi Gobei. Selanjutnya, pasukan Kenetsugu menyerang berbagai posisi pengikut klan Mogami, seperti Istana Hasedō yang dipertahankan Shimura Mitsuyasu dan Istana Kamiyama yang dipertahankan Satomi Minbu. Akibat perlawanan sengit pasukan Mogami, penyerbuan ke Istana Hasedō memerlukan waktu yang lama, ditambah tewasnya jenderal di pihak pasukan Uesugi yang bernama Kamiizumi Yasutsuna.

Sementara itu, Pertempuran Sekigahara pecah di provinsi Mino, dan kabar kekalahan kubu pasukan barat sampai di Ōshū (provinsi Mutsu). Semangat tempur pasukan Mogami yang berpihak di kubu pasukan timur dalam Pertempuran Sekigahara menjadi menyala-nyala. Pasukan pimpinan Rusu Masakage datang untuk mengejar pasukan Kanetsugu. Pertempuran sengit terjadi antara pasukan Kanetsugu dengan pasukan Rusu Masakage yang dikirim Date Masamune untuk membantu pasukan Mogami. Pengikut Kenshin seperti Suibara Chikanori dan Maeda Toshimasu bertempur mati-matian hingga berhasil menekan kerugian hingga sekecil mungkin. Perlawanan yang diberikan pasukan Uesugi sewaktu sedang ditarik bahkan sempat dipuji-puji pihak lawan (Mogami Yoshiaki dan Tokugawa Ieyasu).

Zaman Edo
Di bulan ke-7 tahun 1601, Uesugi Kagekatsu berangkat ke Kyoto ditemani Naoe Kanetsugu untuk memohon pengampunan dari Tokugawa Ieyasu. Permohonan ampun dikabulkan Ieyasu dan klan Uesugi boleh terus dipertahankan, tapi menerima hukuman berupa pemindahan wilayah kekuasaan klan Uesugi dari provinsi Aizu ke provinsi Dewa Yonezawa yang hanya bernilai 300.000 koku. 

Naoe Kanetsugu diminta bersumpah setia kepada Tokugawa Ieyasu, dan Kanetsugu berganti nama sebagai Shigemitsu pada tanggal 4 Januari 1608. Setelah itu, Kanetsugu membangun tanggul dan kota sekeliling Istana Yonezawa. Kanetsugu berjasa dalam membangun dasar-dasar pemerintahan wilayah (han) Yonezawa, termasuk pembangunan industri dan pertambangan.

Sementara itu, klan Uesugi mencoba berdamai dengan klan Tokugawa dan menjalin hubungan dengan Honda Masanobu. Di tahun 1609, klan Uesugi dibebaskan dari pajak sebesar 100.000 koku berkat bantuan Honda Masanobu yang tampil sebagai penengah sehingga klan Uesugi sangat terbantu. Selain itu, putra Masanobu yang bernama Honda Masashige untuk sementara sempat dijadikan putra angkat Kanetsugu. Hubungan bapak-anak antara Kanetsugu dan Masashige bahkan masih terus berlanjut setelah status putra angkat Masashige dibatalkan.

Di masa tuanya, Kanetsugu sempat bertempur di pihak Tokugawa dalam Pertempuran Osaka tahun 1614. Di rumah kediaman Uroko-yashiki di Edo, Kanetsugu wafat di usia 60 tahun pada tanggal 19 Desember 1619.
Continue Reading..
A. Sejarah
Date Masamune (5 September 1567 – 27 Juni 1636) adalah seorang samurai dari periode Azuchi-Momoyama sampai awal periode Edo. Dia merupakan ahli waris dari Daimyo terkuat di daerah Tohoku, dia juga menjadikan kota Sendai sebagai kota yg moderen. Seorang ahli taktik dan membuat gayanya sendiri dengan penutup matanya dan dipanggil dengan sebutan Dokuganryu, atau Naga bermata satu. Masamune Date adalah anak tertua dari Terumune Date, lahir di Istana Yonezawa. Pada umur 14 di tahun 1581, Masamune memimpin pertempuran untuk pertama kali untuk menolong ayahnya melawan keluarga Soma. Di tahun 1584 di umur 18 tahun Masamune Date menjadi pengganti ayahnya yg pensiun sebagai Daimyo. Keluarga Date pertama kali muncul saat awal periode Kamakura oleh Isa Tomomune, yang juga berasal dari distrik Isa di propinsi Hitachi. Isa Tomomune mendapat daerah di sekitar distrik Date dihadiahkan oleh Minamoto no Yoritomo karena membantu dalam perang Minamoto – Taira dan juga saat Yoritomo berjuang dengan saudaranya Yoshitsune.
Lambang Klan Date
Masamune lebih sering dikenal daripada Daimyo lainnya, hal ini karena dia memakai Helm perang dengan hiasan bulan sabit yang menandakan keganasan dan kekejamannya. semasa kecil dia kehilangan mata kanannya (hal ini masih belum diketahui karena dari beberapa sumber ada yg mengatakan mata kanan mengalami penyakit mata parah dan mengharuskan organ mata diambil, dan ada juga yg mengatakan mata kanan hilang ketika terjadi perampokan di masa kecilnya) karena kehilangan mata kanan tersebut dia dianggap tidak pantas menjadi seorang daimyo oleh ibunya. Klan Date telah membangun aliansi dengan klan tetangga dengan cara menikahkan keluarganya dengan keluarga lain. Setelah Masamune diganti, salah satu pelayannya bernama Odachi Sadatsuna mengkhianati klan dan bergabung dengan klan Ashina di Aizu. Masamune akhirnya mendeklarasikan perang terhadap Ashina, tetapi pasukannya berhasil dihentikan oleh jendral Ashina yg bernama Iwashiro Morikuni, yang menyebabkan pasukan Masamune mundur ke Istana Obama.

Dengan kebangkitan Masamune, beberapa klan aliansi yang dulu berhubungan baik, menjadi berbalik menyerang dan juga berusaha memperluas daerah kekuasaannya, bahkan sanak familinya di Mutsu propinsi Dewa. Karena takut atas kelakuan beberapa klan tetangga yg semakin tidak bisa dikontrol, keluarga Hakeyama meminta Date Terumune untuk menghentikan anaknya. Mereka mengajak Terumune untuk makan malam di kediaman mereka, setelah pembicaraan yg panjang akhirnya Terumune mengatakan dia tidak bisa menghentikan perilaku anaknya, yg menyebabkan keluarga Hatakeyama memilih menculik ayah Masamune. Hal ini di dengar oleh Masamune dan mengejar keluarga Hatakeyama, setelah mendekati kediaman keluarga Hatakeyama Masamune mendengarkan teriakan ayahnya untuk menyerang keluarga Hatakeyama tanpa mempedulikan ayahnya, dalam penyerangan ini ayahnya Terumune juga ikut terbunuh. Masamune mengejar dan membunuh semua keluarga Hatakeyama tanpa terkecuali.

Setelah mengalahkan Ashina di tahun 1589, dia menjadikan Aizu sebagai markas utama dalam menjalankan operasinya. Hubungan antara ibunya dengan dia semakin buruk. Ibunya ingin Masamune untuk segera diganti dengan anak keduanya bernama Kojiro. Suatu ketika saudaranya ini berusaha memberikan racun kepada Masamune, hal ini diketahui oleh Masamune dan segera membunuh saudaranya itu dan akhirnya Ibunya melarikan diri ke klan Mogami untuk berlindung. Di tahun 1590, Toyotomi Hideyoshi menguasai Istana Odawara dan memaksa Daimyo Tohoku untuk ikut berperang, walaupun Masamune pada awalnya menolak ajakan Hideyoshi dia tidak bisa menolak bahwa Hideyoshi ditakdirkan untuk memimpin jepang. Dia telat datang dalam pertemuan dan membuat Hideyoshi marah, tidak ingin dieksekusi dia datang dengan mengenakan pakaian terbaik dan menunjukkan rasa tidak kenal takut dihadapan Hideyoshi. Karena tidak ingin dapat masalah berkelanjutan kemudian Hideyoshi mengampuni Masamune. Setelah mengabdi beberapa waktu dengan Hideyoshi, dia mendapatkan Istana Iwatesawa yang merupakan hadiah dari Hideyoshi beserta tanah di sekitarnya. Masamune pindah ke Istana itu pada tahun 1591 dan membangun kembali istana tersebut juga mengganti namanya menjadi Iwadeyama. Masamune tinggal di Iwadeyama selama 13 tahun dan menjadikan Iwadeyama menjadi pusat ekonomi dan politik. Setelah kematian Hideyoshi dia mengabdi kepada Tokugawa (saran oleh Katakura Kojuuruo). Tokugawa Ieyasu menghadiahkan Masamune daerah Sendai yang menjadikan Masamune Daimyo terkuat di jepang. Tokugawa menjanjikan Masamune bisa mendapatkan satu juta koku, walaupun sudah melakukan perbaikan dan juga pemeliharaan hasil dari tanah hanya memproduksi 640.000 koku dan kebanyakan untuk dikirim ke kota Edo. Di tahun 1604 Masamune pindah ke Sendai dan meninggalkan anak ke empatnya yg bernama Date Muneyashu untuk memerintah Iwadeyama. Masamune ingin menjadikan Sendai lebih makmur lagi dari sebelumnya. Walaupun Masamune menguasai seni berperang dan mempunyai hubungan baik dengan pihak asing, dia juga merupakan Daimyo yg ambisius dan agresif. Pertama kali memerintah klan Date, dia sering mengalami kekalahan karena kelakuan dia sendiri.

Menjadi kekuatan besar di daerah utara jepang membuat Masamune dicurigai sebagai rival yg potensial untuk melawan balik. Pada saat Hideyoshi Toyotomi memerintah dia mengurangi daerah kekuasaan MAsamune karena datang terlambat saat menjaga Istana Odawara melawan Hojo Ujimasa. Kemudian saat Tokugawa Ieyashu berkuasa dia juga memberikan sedikit daerah untuk Masamune. Walaupun dicurigai baik oleh Tokugawa maupun Toyotomi, dia merupakan Daimyo paling setia terhadap tuannya.
Masamune Date Statue

Continue Reading..
A. Sejarah
Miyamoto Musashi (1584 – 1645), atau biasa disebut Musashi saja, adalah seorang samurai dan ronin yang sangat terkenal di Jepang pada abad pertengahan. Ia diperkirakan lahir pada sekitar tahun 1584, dan meninggal tahun 1645. Nama lengkapnya adalah Shinmen Musashi No Kami Fujiwara No Genshin. Panggilan masa kecil Musashi adalah Bennosuke. Nama Musashi sendiri adalah nama kuno sebuah daerah di barat daya Tokyo. Nama No Kami berarti kaum bangsawan daerah setempat. Pada umumnya, Fujiwara adalah nama asal dari keluarga leluhur para bangsawan di Jepang yang diturunkan ribuan tahun yang lalu. Nenek moyang keluarga Musashi (Hirada/Hirata) adalah keturunan keluarga Shinmen, penguasa di Kyushu, pulau bagian selatan Jepang. Ayah Musashi, Munisai Hirata, meninggal ketika ia diperkirakan baru berusia 7 tahun. Setelah ibunya kemudian juga meninggal, maka Musashi kemudian ikut paman dari pihak ibu. Dengan demikian, ia sudah yatim piatu ketika Toyotomi Hideyoshi menyatukan Jepang pada tahun 1590. Tidak jelas apakah keinginan bermain Kendo adalah berkat pengaruh pamannya ataukah keinginan Musashi sendiri. 
 
B. Perjalanan Hidup
Musuh pertama Musashi ditemuinya ketika ia baru berusia 13 tahun. Ia adalah Arima Kihei, samurai perguruan Shinto Ryu bidang seni militer yang terampil bermain pedang dan tombak. Musashi mengalahkannya dengan cara melemparnya ke tanah dan memukulnya dengan tongkat, sehingga musuhnya tersebut mati berlumuran darah. Ketika ia berusia 16 tahun, Musashi mengalahkan lawan berikutnya, dan sejak itu ia kabur dari rumah dan terlibat dalam berbagai kontes pertarungan dan peperangan sampai ia berusia 50 tahun. Musashi mengembara keliling Jepang dan menjadi legenda. Berbagai musuh terkenal pernah dikalahkannya, antara lain samurai-samurai keluarga Yoshioka di Kyoto, jagoan ilmu tongkat kondang Muso Gonosuke di Edo, bangsawan Matsudaira di Izumo, dan Sasaki Kojiro di Bunzen. Salah satu peperangan terkenal yang sering dikatakan melibatkan Musashi adalah Pertempuran Sekigahara di tahun 1600, antara pasukan Tokugawa Ieyasu dan pasukan pendukung pemerintahan Toyotomi Hideyori, dimana ribuan orang tewas terbantai dalam peperangan itu sendiri dan pembantaian sesudahnya oleh tentara pemenang perang. Saat itu Musashi memihak pasukan Toyotomi Hideyori (anak dari Toyotomi Hideyoshi). Setelah melewati periode pertarungan (terakhir melawan Sasaki Kojiro) dan peperangan tersebut, Musashi kemudian menetap di pulau Kyushu dan tidak pernah meninggalkannya lagi, untuk menyepi dan mencari pemahaman sejati atas falsafah Kendo. Setelah sempat meluangkan waktu beberapa tahun untuk mengajar dan melukis di Kuil Kumamoto, Musashi kemudian pensiun dan menyepi di gua Reigendo. Di sana lah ia menulis Go Rin No Sho, atau Buku Lima Cincin/Lima Unsur. Buku ini adalah buku seni perang yang berisi strategi perang dan metode duel, yang diperuntukkan bagi muridnya Terao Magonojo. Namun oleh peneliti barat, buku ini dianggap rujukan untuk mengenal kejiwaan dan pola berpikir masyarakat Jepang. Buku ini menjadi klasik dan dijadikan rujukan oleh para siswa Kendo di Jepang. Musashi dianggap sedemikian hebatnya sehingga di Jepang ia dikenal dengan sebutan Kensei, yang berarti Dewa Pedang. Tak lama setelah itu, Musashi meninggal di Kyushu pada tahun 1645.
 
C. Bokken / Bokuto
Bokken adalah pedang kayu jepang yang biasa digunakan untuk berlatih. Biasanya ukuran dan beratnya disamakan dengan katana dan juga biasanya mirip dengan Wakizashi ataupun Tanto. Bokken mirip dengan Shinai (pedang kayu yg digunakan atlit kendo) tapi tingkat kekerasan Bokken lebih baik daripada Shinai. Bokken bisa dibuat dengan mengambil beberapa style dari senjata diantaranya : nagamaki, no-dachi, yari, naginata kama. Jenis – jenis Bokken (Pedang Kayu) :
1. Daito atau (ukuran seperti katana), pedang panjang.
2. Shoto atau kodachi atau wakizashi bo (ukuran wakizashi),pedang pendek.
3. Tanto bo (ukuran tanto)
4. Suburito dapat dibuat berdasarkan ukuran daito atau sozo yang digunakan untuk latihan. yang berukuran daito dan sozo digunakan untuk melatih otot tangan karena lebih berat. 

D. Hyoho Niten Ichi-ryu
Musashi menciptakan dan menyempurnakan teknik dua pedang nya yang disebut Niten’ichi (“2 surga itu satu”) atau Nitoichi (“2 pedang itu satu”) disebut juga “Ni-Ten Ichi Ryu” (Digambarkan mirip seperti 2 penjaga surga yang tertera di Kitab Sutra). Dalam teknik ini menggunakan 2 pedang sekaligus (pedang panjang dan pedang pendek;katana dan wakizashi). Musashi terinspirasi oleh penabuh drum di kuil untuk menciptakan teknik ini. atau teknik ini didapat dari ayahnya yang mengajarkan teknik Jitte (biasanya teknik ini menggunakan 2 pedang sekaligus); pedang kecil dalam teknik ini digunakan untuk bertahan dari serangan lawan dan membalasnya dengan menggunakan pedang besar. Pedang panjang pada teknik itu dinamakan Gyaku Nito. Saat ini teknik ini lebih dikenal dengan nama Hyoho Niten Ichi-ryu.
Aliran pedang Musashi sampai sekarang masih banyak digunakan untuk kendo, dan berkembang pesat menjadi beberapa aliran. Dalam buku yang diciptakan Musashi, terdapat tulisan mengenai aliran pedang yang diciptakan. Dalam tulisannya dikatakan penggunaan 2 pedang dalam pertarungan samurai sangat menguntungkan, hal ini karena Musashi tidak setuju dengan prinsip memegang pedang dengan 2 tangan seperti yg pernah ditulisnya dalam bukunya “If you hold a sword with both hands, it is difficult to wield it freely to left and right, so my method is to carry the sword in one hand”. Walaupun terasa sulit dilakukan penggunaan 2 pedang sangat efektif bila digunakan dalam pertarungan samurai, hal ini dikarenakan satu pedang bisa digunakan bertahan dan pedang lainnya digunakan untuk menyerang. Musashi mempelajari ini dari aliran pedang Ayahnya. Musashi mengatakan penggunaan pedang panjang dan wakizashi dalam pertempuran akan semakin baik bila kita berlatih dengan 2 pedang panjang. “When you become used to wielding the long sword, you will gain the power of the Way and wield the sword well.”

Continue Reading..
A. Sejarah
Sasaki Kojiro ( disebut juga Ganryu Kojiro ) lahir tahun 1585 – 13 April 1612. Seorang samurai jepang yang lahir di daerah Fukui yang hidup dari jaman Sengoku sampai awal jaman Edo. Pertarungan dia dengan Miyamoto Musashi di Ganryu Island menjadi sejarah sampai sekarang. Sasaki Kojiro beraliran pedang Ganryu yang juga dijadikan nama sebuah dojo yang dia dirikan. Dikatakan bahwa Sasaki Kojiro belajar gaya berpedang Chujo-ryu dari Kanemaki Jisai (murid Toda Seigen). Kanemaki Jisai sendiri adalah master menggunakan kodachi ( pedang kecil yang digunakan sebagai pendamping pedang katana ). Kojiro menjadi lawan tanding bagi gurunya karena gurunya sendiri memakai kodachi sedangkan kojiro menggunakan nodachi atau pedang panjang, karena ini lah mereka semakin terasah dalam menggunakan masing2 senjatanya. Setelah Kojiro mengalahkan adik termuda gurunya dia pergi dari dojo dan mendirikan dojonya sendiri yang bernama Ganryu. Karena kepopuleran dojo dan banyaknya duel yang dimenangkan ( salah satunya ketika bertahan dari 3 orang sekaligus yang menyerang dia hanya dengan kipas kertas ), Kojiro diberi kehormatan oleh Lord Hosokawa Tadaoki sebagai kepala persenjataan dari Hosokawa Fief di utara Kyushu. 
Kojiro di kenal mahir menggunakan Nodachi ( pedang jepang dua tangan ) dan menggunakan salah satu pedangnya yang bernama “The Laundry-Drying Pole” sebagai senjata utamanya. Sasaki Kojiro menjadi rival dari Musashi Miyamoto yang menurut Miyamoto Musashi sendiri mengakui kalau Sasaki Kojiro adalah lawan yang tangguh, ada banyak pertarungan antara mereka berdua tetapi yang paling banyak dijadikan cerita pada saat di Pulau Ganryu. Awalnya Musashi Miyamoto mendengar kepopuleran Kojiro dan Miyamoto Musashi meminta Lord Hosokawa Tadaoki untuk mengatur duel antara mereka berdua. Pertarungan disiapkan pada tanggal 13 April 1612 di Pulau Ganryujima of Funashima (Pulau antara Honshu dan Kyushu). Menurut sejarah Musashi datang terlambat sekitar 3 jam dan ketika Kojiro berteriak marah kepada Musashi hanya tersenyum. Karena marah Kojiro langsung bertarung dengan dipenuhi amarah, dengan teknik andalannya “Swallow Blade Cut’s” dia berusaha mengalahkan Musashi.Sayangnya Musashi lebih dulu memukul iga kiri Kojiro yang menyebabkan patah dan menusuk paru-parunya yang menyebabkan kematian bagi Kojiro. Sebuah patung didirikan di jembatan kintai antara iwakuni dan shinwakuni. 
 
B. “The Laundry-Drying Pole” / “Monohoshi Zao”
Senjata favorit Kojiro yang merupakan nodachi dengan panjang 90 cm ( untuk dibandingkan dengan katana biasa yang panjangnya 70 cm ) pedang itu termasuk panjang. walaupun pedang itu panjang dan berat kojiro bisa menggunakan dengan cepat dan terarah, hal ini masih menjadi misteri bagaimana dia bisa mengontrol senjatanya dengan baik. Pedang itu dibuat oleh Bizen Nagamitsu (salah satu murid dari Masamune)
1. Pedang pertama 120 cm
2. Pedang kedua 122 cm
3. Pedang ketiga 90 cm
4. Pedang keempat 70 cm
Untuk membandingkannya dapat dilihat di gambar dibawah ini, membandingkan pedang pertama dengan pedang ketiga. Pedang pertama biasanya dipakai saat berada diatas kuda agar jangkauannya sampai ke musuh. Sedangkan pedang ketiga biasanya dipakai saat tidak berkuda untuk pertarungan satu lawan satu yang biasanya dilakukan samurai saat menjaga kehormatannya.
C. “Swallow Cut” / “Tsubame Gaeshi”
Berdasarkan legenda teknik ini ditemukan oleh Sasaki Kojiro, pendiri aliran pedang Gan-ryu. Suatu teknik andalan Kojiro yang ditakuti pada masa feodal, dan alasan diberikan nama seperti itu karena mirip dengan pergerakan ekor burung layang2 yang sedang terbang menukik dan naik. Dia menemukan teknik ini ketika dia melihat burung layang2 yang terbang di Kintaibashi Bridge di Iwakuni. Teknik ini dilakukan dengan cara membalas tebasan lawan dengan cepat dari arah atas ke bawah dan kembali keatas dengan cepat, ketika penyerang menebaskan pedangnya Sasaki Kojiro menahan dari arah samping dan kemudian menebas balik lawannya dan kembali pada posisi awal dia memegang pedang. Arah tebasan dari teknik ini belum bisa diketahui karena teknik ini bisa digunakan baik dari atas kebawah maupun sebaliknya, teknik ini bisa disamakan dengan menggabungkan kedua teknik Itto-ryu Kinshi Cho Ohken dan Ganryu Kosetsu, tekniknya memotong dari atas ke bawah kemudian memotong langsung ke atas dengan kecepatan yang tinggi. Sampai saat ini umur pasti dari Sasaki Kojiro masih menjadi misteri, karena penanggalan jaman jepang kuno dengan sekarang sangat berbeda. tapi banyak penggambaran mengenai wajah ataupun karakter yang sudah melenceng dari aslinya.
Continue Reading..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
;