A. Sejarah
Miyamoto Musashi (1584 – 1645), atau biasa disebut Musashi saja, adalah seorang samurai dan ronin yang sangat terkenal di Jepang pada abad pertengahan. Ia diperkirakan lahir pada sekitar tahun 1584, dan meninggal tahun 1645. Nama lengkapnya adalah Shinmen Musashi No Kami Fujiwara No Genshin. Panggilan masa kecil Musashi adalah Bennosuke. Nama Musashi sendiri adalah nama kuno sebuah daerah di barat daya Tokyo. Nama No Kami berarti kaum bangsawan daerah setempat. Pada umumnya, Fujiwara adalah nama asal dari keluarga leluhur para bangsawan di Jepang yang diturunkan ribuan tahun yang lalu. Nenek moyang keluarga Musashi (Hirada/Hirata) adalah keturunan keluarga Shinmen, penguasa di Kyushu, pulau bagian selatan Jepang. Ayah Musashi, Munisai Hirata, meninggal ketika ia diperkirakan baru berusia 7 tahun. Setelah ibunya kemudian juga meninggal, maka Musashi kemudian ikut paman dari pihak ibu. Dengan demikian, ia sudah yatim piatu ketika Toyotomi Hideyoshi menyatukan Jepang pada tahun 1590. Tidak jelas apakah keinginan bermain Kendo adalah berkat pengaruh pamannya ataukah keinginan Musashi sendiri. 
 
B. Perjalanan Hidup
Musuh pertama Musashi ditemuinya ketika ia baru berusia 13 tahun. Ia adalah Arima Kihei, samurai perguruan Shinto Ryu bidang seni militer yang terampil bermain pedang dan tombak. Musashi mengalahkannya dengan cara melemparnya ke tanah dan memukulnya dengan tongkat, sehingga musuhnya tersebut mati berlumuran darah. Ketika ia berusia 16 tahun, Musashi mengalahkan lawan berikutnya, dan sejak itu ia kabur dari rumah dan terlibat dalam berbagai kontes pertarungan dan peperangan sampai ia berusia 50 tahun. Musashi mengembara keliling Jepang dan menjadi legenda. Berbagai musuh terkenal pernah dikalahkannya, antara lain samurai-samurai keluarga Yoshioka di Kyoto, jagoan ilmu tongkat kondang Muso Gonosuke di Edo, bangsawan Matsudaira di Izumo, dan Sasaki Kojiro di Bunzen. Salah satu peperangan terkenal yang sering dikatakan melibatkan Musashi adalah Pertempuran Sekigahara di tahun 1600, antara pasukan Tokugawa Ieyasu dan pasukan pendukung pemerintahan Toyotomi Hideyori, dimana ribuan orang tewas terbantai dalam peperangan itu sendiri dan pembantaian sesudahnya oleh tentara pemenang perang. Saat itu Musashi memihak pasukan Toyotomi Hideyori (anak dari Toyotomi Hideyoshi). Setelah melewati periode pertarungan (terakhir melawan Sasaki Kojiro) dan peperangan tersebut, Musashi kemudian menetap di pulau Kyushu dan tidak pernah meninggalkannya lagi, untuk menyepi dan mencari pemahaman sejati atas falsafah Kendo. Setelah sempat meluangkan waktu beberapa tahun untuk mengajar dan melukis di Kuil Kumamoto, Musashi kemudian pensiun dan menyepi di gua Reigendo. Di sana lah ia menulis Go Rin No Sho, atau Buku Lima Cincin/Lima Unsur. Buku ini adalah buku seni perang yang berisi strategi perang dan metode duel, yang diperuntukkan bagi muridnya Terao Magonojo. Namun oleh peneliti barat, buku ini dianggap rujukan untuk mengenal kejiwaan dan pola berpikir masyarakat Jepang. Buku ini menjadi klasik dan dijadikan rujukan oleh para siswa Kendo di Jepang. Musashi dianggap sedemikian hebatnya sehingga di Jepang ia dikenal dengan sebutan Kensei, yang berarti Dewa Pedang. Tak lama setelah itu, Musashi meninggal di Kyushu pada tahun 1645.
 
C. Bokken / Bokuto
Bokken adalah pedang kayu jepang yang biasa digunakan untuk berlatih. Biasanya ukuran dan beratnya disamakan dengan katana dan juga biasanya mirip dengan Wakizashi ataupun Tanto. Bokken mirip dengan Shinai (pedang kayu yg digunakan atlit kendo) tapi tingkat kekerasan Bokken lebih baik daripada Shinai. Bokken bisa dibuat dengan mengambil beberapa style dari senjata diantaranya : nagamaki, no-dachi, yari, naginata kama. Jenis – jenis Bokken (Pedang Kayu) :
1. Daito atau (ukuran seperti katana), pedang panjang.
2. Shoto atau kodachi atau wakizashi bo (ukuran wakizashi),pedang pendek.
3. Tanto bo (ukuran tanto)
4. Suburito dapat dibuat berdasarkan ukuran daito atau sozo yang digunakan untuk latihan. yang berukuran daito dan sozo digunakan untuk melatih otot tangan karena lebih berat. 

D. Hyoho Niten Ichi-ryu
Musashi menciptakan dan menyempurnakan teknik dua pedang nya yang disebut Niten’ichi (“2 surga itu satu”) atau Nitoichi (“2 pedang itu satu”) disebut juga “Ni-Ten Ichi Ryu” (Digambarkan mirip seperti 2 penjaga surga yang tertera di Kitab Sutra). Dalam teknik ini menggunakan 2 pedang sekaligus (pedang panjang dan pedang pendek;katana dan wakizashi). Musashi terinspirasi oleh penabuh drum di kuil untuk menciptakan teknik ini. atau teknik ini didapat dari ayahnya yang mengajarkan teknik Jitte (biasanya teknik ini menggunakan 2 pedang sekaligus); pedang kecil dalam teknik ini digunakan untuk bertahan dari serangan lawan dan membalasnya dengan menggunakan pedang besar. Pedang panjang pada teknik itu dinamakan Gyaku Nito. Saat ini teknik ini lebih dikenal dengan nama Hyoho Niten Ichi-ryu.
Aliran pedang Musashi sampai sekarang masih banyak digunakan untuk kendo, dan berkembang pesat menjadi beberapa aliran. Dalam buku yang diciptakan Musashi, terdapat tulisan mengenai aliran pedang yang diciptakan. Dalam tulisannya dikatakan penggunaan 2 pedang dalam pertarungan samurai sangat menguntungkan, hal ini karena Musashi tidak setuju dengan prinsip memegang pedang dengan 2 tangan seperti yg pernah ditulisnya dalam bukunya “If you hold a sword with both hands, it is difficult to wield it freely to left and right, so my method is to carry the sword in one hand”. Walaupun terasa sulit dilakukan penggunaan 2 pedang sangat efektif bila digunakan dalam pertarungan samurai, hal ini dikarenakan satu pedang bisa digunakan bertahan dan pedang lainnya digunakan untuk menyerang. Musashi mempelajari ini dari aliran pedang Ayahnya. Musashi mengatakan penggunaan pedang panjang dan wakizashi dalam pertempuran akan semakin baik bila kita berlatih dengan 2 pedang panjang. “When you become used to wielding the long sword, you will gain the power of the Way and wield the sword well.”

Continue Reading..
A. Sejarah
Sasaki Kojiro ( disebut juga Ganryu Kojiro ) lahir tahun 1585 – 13 April 1612. Seorang samurai jepang yang lahir di daerah Fukui yang hidup dari jaman Sengoku sampai awal jaman Edo. Pertarungan dia dengan Miyamoto Musashi di Ganryu Island menjadi sejarah sampai sekarang. Sasaki Kojiro beraliran pedang Ganryu yang juga dijadikan nama sebuah dojo yang dia dirikan. Dikatakan bahwa Sasaki Kojiro belajar gaya berpedang Chujo-ryu dari Kanemaki Jisai (murid Toda Seigen). Kanemaki Jisai sendiri adalah master menggunakan kodachi ( pedang kecil yang digunakan sebagai pendamping pedang katana ). Kojiro menjadi lawan tanding bagi gurunya karena gurunya sendiri memakai kodachi sedangkan kojiro menggunakan nodachi atau pedang panjang, karena ini lah mereka semakin terasah dalam menggunakan masing2 senjatanya. Setelah Kojiro mengalahkan adik termuda gurunya dia pergi dari dojo dan mendirikan dojonya sendiri yang bernama Ganryu. Karena kepopuleran dojo dan banyaknya duel yang dimenangkan ( salah satunya ketika bertahan dari 3 orang sekaligus yang menyerang dia hanya dengan kipas kertas ), Kojiro diberi kehormatan oleh Lord Hosokawa Tadaoki sebagai kepala persenjataan dari Hosokawa Fief di utara Kyushu. 
Kojiro di kenal mahir menggunakan Nodachi ( pedang jepang dua tangan ) dan menggunakan salah satu pedangnya yang bernama “The Laundry-Drying Pole” sebagai senjata utamanya. Sasaki Kojiro menjadi rival dari Musashi Miyamoto yang menurut Miyamoto Musashi sendiri mengakui kalau Sasaki Kojiro adalah lawan yang tangguh, ada banyak pertarungan antara mereka berdua tetapi yang paling banyak dijadikan cerita pada saat di Pulau Ganryu. Awalnya Musashi Miyamoto mendengar kepopuleran Kojiro dan Miyamoto Musashi meminta Lord Hosokawa Tadaoki untuk mengatur duel antara mereka berdua. Pertarungan disiapkan pada tanggal 13 April 1612 di Pulau Ganryujima of Funashima (Pulau antara Honshu dan Kyushu). Menurut sejarah Musashi datang terlambat sekitar 3 jam dan ketika Kojiro berteriak marah kepada Musashi hanya tersenyum. Karena marah Kojiro langsung bertarung dengan dipenuhi amarah, dengan teknik andalannya “Swallow Blade Cut’s” dia berusaha mengalahkan Musashi.Sayangnya Musashi lebih dulu memukul iga kiri Kojiro yang menyebabkan patah dan menusuk paru-parunya yang menyebabkan kematian bagi Kojiro. Sebuah patung didirikan di jembatan kintai antara iwakuni dan shinwakuni. 
 
B. “The Laundry-Drying Pole” / “Monohoshi Zao”
Senjata favorit Kojiro yang merupakan nodachi dengan panjang 90 cm ( untuk dibandingkan dengan katana biasa yang panjangnya 70 cm ) pedang itu termasuk panjang. walaupun pedang itu panjang dan berat kojiro bisa menggunakan dengan cepat dan terarah, hal ini masih menjadi misteri bagaimana dia bisa mengontrol senjatanya dengan baik. Pedang itu dibuat oleh Bizen Nagamitsu (salah satu murid dari Masamune)
1. Pedang pertama 120 cm
2. Pedang kedua 122 cm
3. Pedang ketiga 90 cm
4. Pedang keempat 70 cm
Untuk membandingkannya dapat dilihat di gambar dibawah ini, membandingkan pedang pertama dengan pedang ketiga. Pedang pertama biasanya dipakai saat berada diatas kuda agar jangkauannya sampai ke musuh. Sedangkan pedang ketiga biasanya dipakai saat tidak berkuda untuk pertarungan satu lawan satu yang biasanya dilakukan samurai saat menjaga kehormatannya.
C. “Swallow Cut” / “Tsubame Gaeshi”
Berdasarkan legenda teknik ini ditemukan oleh Sasaki Kojiro, pendiri aliran pedang Gan-ryu. Suatu teknik andalan Kojiro yang ditakuti pada masa feodal, dan alasan diberikan nama seperti itu karena mirip dengan pergerakan ekor burung layang2 yang sedang terbang menukik dan naik. Dia menemukan teknik ini ketika dia melihat burung layang2 yang terbang di Kintaibashi Bridge di Iwakuni. Teknik ini dilakukan dengan cara membalas tebasan lawan dengan cepat dari arah atas ke bawah dan kembali keatas dengan cepat, ketika penyerang menebaskan pedangnya Sasaki Kojiro menahan dari arah samping dan kemudian menebas balik lawannya dan kembali pada posisi awal dia memegang pedang. Arah tebasan dari teknik ini belum bisa diketahui karena teknik ini bisa digunakan baik dari atas kebawah maupun sebaliknya, teknik ini bisa disamakan dengan menggabungkan kedua teknik Itto-ryu Kinshi Cho Ohken dan Ganryu Kosetsu, tekniknya memotong dari atas ke bawah kemudian memotong langsung ke atas dengan kecepatan yang tinggi. Sampai saat ini umur pasti dari Sasaki Kojiro masih menjadi misteri, karena penanggalan jaman jepang kuno dengan sekarang sangat berbeda. tapi banyak penggambaran mengenai wajah ataupun karakter yang sudah melenceng dari aslinya.
Continue Reading..
Hattori Hanzo (1542-23 Desember 1596), dikenal pula dengan nama Hattori Masanari, adalah sala seorang ninja terkemuka dalam sejarah Jepang. Ia sering muncul dalam manga dan novel fiksi, digambarkan berpakaian serba hitam serta memiliki kemampuan ninjutsu yang luar biasa. Mulai dari ilmu meringankan tubuh, menyelam, bergerak di bawah tanah sampai menyamarkan diri di kegelapan. Ironisnya, dalam berbagai ensiklopedia sejarah, Hanzo jarang tertulis atau terkenal sebagai seorang ninja. Yang pasti, ia tercatat melayani Tokugawa Ieyasu dengan sangat setia. Atas kepandaiannya dalam menyusun taktik, ia mendapat julukan Oni-Hanzo (Devil Hanzo).

Hattori Hanzo Early Life

Dalam legenda, Hattori Hanzo tercatat sebagai seorang superhuman ninja warrior. Dikisahkan Hanzo memiliki kemamuan untuk menghilangkan diri yang sangat sempurna. Ia juga menguasai ilmu penggunaan tali untuk menangkap musuh secara tepat. Kemampuan psychokinesis dan psychomancy pun konon dikuasai oleh Hanzo, membuatnya dapat memprediksikan taktik serta kekuatan lawan secara akurat.

Selain seorang ninja, ia juga dikenal sebagai ahli pedang berkemampuan tinggi, seorang penyusun taktik jitu sekaligus piawai dalam memakai tombak. Hattori Hanzo mulai belajar ilmu bela diri pada usia 8 tahun di Gunung Kurama dan pada usia 12 tahun berhasil menjadi seorang ninja. Di usia 18 tahun, Hanzo dengan sukses menggapai posisi master ninja. Ayahnya, yakni Yasunaga, melayani Matsudaira Kuyoyasu selaku pemimpin klan Mikawa sekaligus kakek dari Ieyasu Tokugawa. Meski terlahir dan dibesarkan di provinsi Mikawa, ia sering kembali ke Iga selaku rumah dari keluarga Hattori yang memiliki kekuasaan sebagai pemimpin komunitas ninja di provinsi Iga.

Hanzo dan Ieyasu Tokugawa

Hubungan antara Hanzo dan Tokugawa Ieyasu, shogun Jepang, bermula saat Hanzo berumur 26 tahun. Ketika tinggal di Mikawa, ia menantang Hanzo untuk menahan nafas dalam air dan bahkan mencekik leher Hanzo dengan selembar kain. Tantangan itu dihadapi Hanzo dengan tenang dan akhirnya ia keluar menjadi pemenang. Ieyasu yang pucat dan terengah-engah karena kehabisan nafas bertanya mengenai berapa lama seorang ninja dapat bertahan dalam air, yang dijawab oleh Hanzo, ”Satu atau dua hari, tergantung permintaan tuan.” Untuk membuktikannya, ia kembali menyelam ke dalam air sampai beberapa jam lamanya hingga Ieyasu cemas dan mulai memanggil-manggil namanya. Hanzo muncul ke permukaan tanpa tanda-tanda kehabisan nafas lalu menyerahkan sebuah pedang pendek yang tadinya ada di pinggang Ieyasu. Ieyasu langsung terpukau dengan kemampuan Hanzo dan menjadikannya anak buah andalan sekaligus sahabatnya.

Ieyasu Tokugawa lalu mendirikan pemerintahan pusat yang bertahan selama 300 tahun, bertahan selama 15 tahun generasi keturunannya. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari kemampuan Ieyasu dalam melobi banyak prajurit bertalenta tinggi. Ia memperkerjakan banyak orang dengan latar belakang yang berbeda dalam usahanya mengumpulkan ilmu dan pengetahuan. Ieyasu juga banyak dibantu oleh klan ninja, terutama Hanzo. Selama Warring States Period, para ninja merupakan agen penting dalam pengumpulan informasi dan eksekusi yang cepat. Meski banyak daimyo yang memperkerjakan ninja tetapi tidak ada daimyo sepintar Ieyasu yang cara piki dan kepandaiannya disukai para ninja. Salah satu kesuksesan dan bukti kesetiaan Hanzo pada Ieyasu adalah ketika Ieyasu mencium niat pemberontakan pada Nobunaga di Honno-ji temple. Hanzo meminta tuannya untuk mampir ke Iga, kembali ke Mikawa dengan bantuan para ninja Iga dan Koga lalu menyerang para prajurit yang berkhianat. Ieyasu pun setuju dengan usul Hanzo. Setelah mengumpulkan sekitar 300 ninja, Hanzo menyerang Honno-ji sementara Ieyasu disembunyikan di Mikawa. Keberhasilan Hanzo dibalas dengan memperkerjakan semua ninja yang membantunya dalam pertempuran tersebut.
Hanzo Hattori Saat Tua
Lalu di tahun 1590, ketika Ieyasu tinggal di Edo, para ninja diberikan tempat tinggal di sayap barat istana Edo. Area tersebut dinamakan Hanzo-Cho, dan salah satu gerbang istana dinamakan Hanzo-mon (Gerbang Hanzo). Saat Battle of Winter dan Battle of Summer yang terjadi di Osaka tahun 1614-1615, menjadi pertempuran paling besar yang pernah terjadi di Jepang. Dalam perang tersebut, para ninja mencapai puncak kejayaan dimana peran mereka sangat besar dalam mempertahankan pimpinan serta mengirim informasi. Ketika Sanada Yukimura, salah seorang jendral Toyotomi terkemuka sibuk menyusun taktik di istana Osaka, Ieyasu mengirimkan surat panah berisi tawaran 100.000 koku beras. Ieyasu juga menyuruh para ninja menyamar sebagai ronin dan memasuki istana Osaka untuk mengumpulkan informasi. Kemampuan mereka untuk menyamar akhirnya membuat klan Toyotomi kecolongan banyak informasi berharga, yang mengarah pada kejatuhannya di Battle of Winter dan Battle of Summer.
Situs Pemakaman Hanzo Hattori
The Death of Hanzo Hattori

Hattori Hanzo meninggal di tahun 1596 pada usia 55 tahun. Ada yang mengatakan Hattori meninggal karena sakit, tetapi ada juga yang percaya bahwa Hattori dibunuh dalam sebuah pertempuran oleh ninja bernama Fuma Kotaro. Kekuasaan Hattori diturunkan kepada anaknya Masanari yang baru berusia 18 tahun ketika ayahnya meninggal. Sayangnya ia tidak menguasai ninjutsu dan lalai dalam memimpin klan Iga sehingga para ninja menganggap Masanari tidak pantas menwarisi nama besar Hanzo dan mengakibatkan perpecahan. Para ninja yang memberontak mendesak Masanari untuk turun dari tampuk pimpinan. Jumlah ninja yang memberontak tidak tercatat dengan jelas tetapi para sejarawan mencatat pemberontakan tersebut sebagai salah satu pemberontakan paling besar dalam sejarah Jepang. Di tahun 1605, klan Iga terpecah menjadi 4 bagian dan masing-masing dipimpin oleh samurai berkedudukan rendah. Iga pun tidak pernah lagi mencapai kejayaan seperti yang pernah diraih Hanzo.
Continue Reading..
A. Sejarah
Fuma Kotaro (1550–1610) juga dipanggil kazama. Kotaro lahir di propinsi Sagami, banyak kejadian sejarah yang tidak mencatat tentang ninja ini. bagaimana aktifitasnya dan apa saja yang telah dilakukan bagai menghilang. Dia adalah keturunan kelima dari pemimpin klan Fuma yang bekerja untuk klan Hojo. di tahun 1570an Kotaro dikirim untuk membunuh Takeda Shingen, tetapi banyak cara yang telah dilakukan oleh kotaro dan ternyata gagal. Tapi ada satu kejadian di tahun 1573 dia hampir membunuh Takeda ketika Takeda melakukan penyerangan ke markas musuh.
Pada bulan maret 1581, benteng Hojo diserang oleh pasukan Takeda Katsuyori, dia membangun benteng / markas di gunung yang berlawanan arah dengan benteng Hojo. Kotaro dan beberapa ninjanya melakukan taktik berupa serangan malam dengan beberapa orang dan berusaha memancing agar lawan menyerang. tapi taktik ini akhirnya memberikan kemenangan pada kubu klan Hojo karena Kotaro dan ninjanya melakukan serangan malam yang merusak dan menghancurkan mental pasukan lawan. Mereka membunuh banyak paasukan lawan dan membunuh secara brutal sehingga menyebabkan pasukan lawan harus berjaga tiap malam dan siang. Hal ini menyebabkan kekuatan pasukan lawan menurun dan menyebabkan ketakutan berlebihan di kalangan pasukan Takeda Katsuyori. Setelah beberapa dekade klan ninja fuma hanya menjadi sekelompok bajak laut / sekelompok bandit yang meresahkan masyarakat. Di tahun 1596 Ieyashu Tokugawa memerintahkan Hattori Hanzo untuk membekuk kelompok ninja tersebut. Hattori membangun kapal yang besar dengan perlengkapan dan meriam besar. Dia tahu kalau klan Fuma berlayar dengan menggunakan beberapa kapal2 kecil dan sebuah kapal selam kecil bernama Funakainin. Ketika kapal telah selesai dibuat Hattori dan krunya berlayar ke Selat Sou untuk mencari klan Fuma. Disana mereka menemukan markas lawan dengan beberapa kapal kecil berderet tanpa pasukan. Hattori akhirnya menembakan meriam dan menghancurkan beberapa kapal lawan. Melihat kapal lawan yang mengalami kerusakan dan berusaha melarikan diri Hattori memerintahkan kru kapal untuk mengejarnya, mereka akhirnya mengejar sampai ke sungai kecil. Ternyata ini adalah sebuah jebakan dari klan fuma untuk memancing kapal lawan ke sungai kecil dan menyerang mereka. Kotaro memerintahkan pasukannya untuk menembakkan panah api ke kapal Hattori. Karena kapal yang mulai terbakar Hattori memerintahkan krunya untuk melompat ke sungai, tetapi mereka menolak. Akhirnya Hattori memerintahkan krunya untuk melemparkan mesiu ke sungai. Hal ini sia2 karena Kotaro telah memerintahkan pasukannnya untuk melemparkan minyak ke sungai dan mulai membakarnya. Hatori dan krunya akhirnya mati di kapalnya karena terbakar. Rahasia keberhasilan ini karena adanya kapal selam kecil yang dapat menyusup ke kapal lawan dan menyulut api dari dalam

Fuma Kotaro kemudian menghilang dalam kabut sejarah tanpa ada penulisan sejarah mengenai keberadaan dan kematiannya.
Continue Reading..
A. Sejarah
Honda Tadakatsu (1548-1610) adalah samurai dimasa perang saudara Jepang/ periode Sengoku yang mengabdi pada Tokugawa Ieyasu sejak memulai karirnya dari awal hingga menjadi Shogun yang mempersatukan Jepang. Namanya mulai dikenal sejak Pertempuran Anegawa (1570) dimana pasukan gabungan Tokugawa dan Oda Nobunaga mengalahkan pasukan klan Azai dan Asakura. Dalam Pertempuran Mikatagahara(1572), bersama Okubo Tadayo dia berhadapan dengan pasukan klan Takeda. Honda memimpin sayap kiri pasukan Tokugawa dan bertempur melawan pasukan Takeda yang dikomandani Naito Masatoyo. Dalam pertempuran itu pasukan Tokugawa kalah, namun dapat meloloskan diri dari kehancuran tragis berkat kepemimpinannya. Tiga tahun kemudian, dia memimpin pasukan senapan dalam Pertempuran Nagashino (1575). Disinilah dendam atas kekalahannya dulu terbalaskan, pasukan Takeda dibawah pimpinan Takeda Katsuyori kehilangan lebih dari 10.000 pasukannya dan Katsuyori sendiri melarikan diri. Keperkasaannya di medan perang dibuktikannya sekali lagi dalam Pertempuran Komaki-Nagakute dimana pasukan Tokugawa berhadapan dengan pasukan Toyotomi Hideyoshi. Saat itu Tokugawa kalah dan terpaksa melarikan diri dari kejaran Hideyoshi. Hanya dengan beberapa prajutitnya, Honda bersama Ishikawa Yasumichi menghadang pasukan pengejar yang jumlahnya jauh lebih besar (sekitar 1 banding 50) di sekitar Sungai Shonai. Hideyoshi takjub melihat keberanian dan keperkasaannya sehingga dia memerintahkan pasukannya agar jangan mencelakainya. Tahun 1586, dia mengawal Tokugawa ke Kyoto dan dianugerahi gelar Nakatsukasa-taiyu. 
Tahun 1590, setelah Tokugawa dan Hideyoshi berdamai, dia turut berpartisipasi dalam pengepungan Kastil Odawara menundukkan klan Hojo. Selanjutnya dia juga ikut dalam invasi Hideyoshi menaklukkan Korea. Setelah Hideyoshi mangkat, dia turut berperang dalam Pertempuran Sekigahara (1600), pertempuran besar yang paling menentukan dalam sejarah Jepang melawan keturunan Hideyoshi dan daimyo-daimyo yang pro padanya. Atas jasanya itu, Tokugawa menganugerahinya daerah yang subur dan luas di Izu (Kuwana). Honda wafat pada tahun 1610, dia dianggap sebagai salah satu jendral Tokugawa yang paling setia dan paling perkasa, bahkan konon kabarnya dia tidak pernah terluka serius sekalipun dalam setiap pertempurannya. Dalam medan perang dia dapat dikenali dari helmnya yang berhiaskan tanduk rusa. Pelayanannya pada Tokugawa diteruskan oleh anak-anaknya Tadamasa ( 1575-1638 ) dan Tadatomo (1582-1615) yang keduanya juga berjasa dalam pertempuran berikutnya, yaitu Pertempuran Osaka (1614 dan 1615).

Continue Reading..
A. Sejarah
Takeda Shingen (1 Desember 1521 – 13 Mei 1573 ) adalah seorang daimyo dari Provinsi Kai Shinano yang mempunyai kekuatan militer yang kuat dan berusaha menguasai jepang di akhir masa Sengoku. Takeda Shingen mempunyai nama kecil Takeda Taro (Katsuchiyo) tetapi setelah itu dia diberi nama Takeda Harunobu yang diberikan oleh Ashikaga Yoshiharu ( Shogun Ashikaga generasi ke-12 ). Di tahun 1559 dia merubah namanya menjadi Takeda Shingen (dia merubahnya tas keinginan sendiri) Arti kata Shingen diambil dari tulisan China, Shin berarti “Percaya” dan Gen berarti “hitam” yang punya arti kepintaran dan kebenaran dalam ajaran Budha. Shingen sering dipanggil dengan panggilan “Tiger of Kai” karena kemampuan beladiri dan kekuatannya di medan pertempuran.
Rival Takeda Shingen, Uesugi Kenshin yang juga dipanggil “Dragon of Echigo” atau juga “Tiger of Echigo” dan dalam mitologi china naga dan macan adalah rival abadi, tetapi seringnya berakhir seri. Takeda adalah anak pertama dari Takeda Nobutora, pemimpin dari klan Takeda dan Daimyo provinsi Kai. Dia sering menemani ayahnya untuk menuju medan perang, dan dia juga berhasil menjadi salah satu orang yg dihormati di klan nya dalam umur yang masih muda. Pada saat upacara kedewasaan dia akhirnya memberontak melawan Ayahnya, dia berhasil pada umur 21 untuk menguasai klan. Sebenarnya ayah Takeda Shingen menginginkan anak kedua yang menggantikannya (Takeda Nobushige) tetapi akhirnya ayahnya dipaksa mengundurkan diri oleh Takeda Shingen dan diasingkan ke Provinsi Suruga dan dibawah pengawasan Klan Imagawa. Ketika Takeda Shingen berumur 49 tahun, dia hanyalah satu-satunya Daimyo yang sanggup melawan kekuatan militer pasukan Oda Nobunaga, dia melawan pasukan Tokugawa Ieyashu di tahun 1572 dan berhasil menangkap Futamata dan melanjutkan perjalanan dan bertempur di perang Mikatagahara. Dia berhasil menang melawan pasukan Nobunaga walaupun ini hanyalah kemenangan yang kecil. Setelah itu dia dan rombongannya melanjutkan lagi menuju Provinsi Mikawa, tetapi sayangnya Takeda Shingen meninggal karena sakit yang di deritanya di kamp tersebut dan dikuburkan di daerah Erin-ji di Koshu provinsi Yamanishi.

Continue Reading..
A. Sejarah
Sanada Yukimura (167-1615) nama aslinya Sanada Nobushige dan biasa dipanggil Ben-maru,Saemon-suke. Sanada Yukimura adalah orang yang paling populer di klan Yukimura. Dia anak kedua dari Sanada Masayuki dan istrinya (Kansho-in), saudara tertuanya bernama Sanada Nobuyuki. Keluarga Sanada sangat setia kepada Takeda Shingen, Daimyo dari Profinsi Kai. Di Tahun 1585 terjadi perselisihan antara Masayuki (ayah Yukimura) dengan Hojo Ujimasa di Istana numata dan akhirnya Tokugawa merencanakan menyerang Istana Sanada di Ueda. Yukimura dijadikan sandera kepada Uesugi Kagekatsu karena Masayuki mengharapkan bantuan pasukan dari Uesugi. Setelah kekalahan Tokugawa Ieyashu dalam menyerang Ueda, Masayuki segera bergabung dengan Toyotomi Hideyoshi yang akhirnya Yukimura bisa bebas sebagai sandera dan mengabdi pada Hideyoshi. Yukimura menjadi bawahan Hideyoshi dan menikah dengan saudara wanita pelayan senior Toyotomi, Otani Yoshitsugu. Di tahun 1594 atas perintah Hideyoshi, Yukimura dan ayahnya beserta kakak tertuanya mencari pekerja untuk membangun Istana Fushimi. Walaupun Yukimura merupakan saudara termuda tetapi namanya disejajarkan sama dengan kakaknya Nobuyuki.

Perjalanan Hidup

Yukimura Sanada ArmorDi tahun 1600 pada waktu pertempuran Sekigahara, Klan Sanada bergabung dengan Tokugawa dan berperang melawan Uesugi. Di saat pertempuran terjadi, Mitsunari mengirimkan surat kepada klan Sanada dan mengatakan bahwa posisi Sanada sangat riskan, hal ini membingungkan klan Sanada antara memilih grup barat maupun timur, maka ayahnya Masayuki memerintahkan pasukan untuk mundur bersama Yukimura Sanada dan meninggalkan anak tertuanya Nobuyuki di tangan Tokugawa agar keluarga mereka selamat baik pihak timur ataupun barat yg menang. Tokugawa mengetahui hal ini dan mengatakan pada Nobuyuki bila dia bisa menang maka dia akan di berikan hadiah tanah untuk ayahnya. Hal ini membangkitkan semangat Nobuyuki untuk memenangkan pertempuran. Setelah posisi Masayuki dan Yukimura jelas, anak dari Tokugawa, Ieyashu Hidetada menyerang Istana Ueda sebelum bergabung dengan pasukan ayahnya, tapi hal ini gagal. Di lain pihak pasukan dari Tokugawa berhasil memenangkan pertempuran Sekigahara. Hal ini membuat takut Masayuki dan Yukimura, tetapi karena ada Nobuyuki sehingga mereka berdua dimaafkan dan diasingkan ke Kudoyama di gunung Koya provinsi Kii, saat itu umur Yukimura 32 tahun menurut kalender barat. Ayahnya meninggal pada tahun 1611 dan pada tahun 1614 Toyotomi Hideyori mengumpulkan para ronin untuk berperang melawan Ieyashu. Yukimura segera melarikan diri dari Kudoyama dan bergabung dengan pasukan Hideyori, disinilah nama Yukimura Sanada menjadi salah satu orang yg berpengaruh dalam sejarah jepang dan menjadi figur dalam akhir jaman Sengoku.
Yukimura Statue

Continue Reading..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
;